Pentingnya Perancangan Antarmuka Pengguna
Perancangan antarmuka pengguna (user interface design), hingga saat ini belum ada standard. Sehingga untuk keperluan akademis, sulit untuk menetapkan standard apa yang cocok untuk disampaikan. Walau begitu, banyak institusi sudah melakukan usaha untuk ke arah situ. ISO 9421 (Ergonomics for Office Work with Virtual Display Terminals) nampaknya juga membantu untuk menerapan standard internasional.
Salah satu institusi yang sudah menerapkan prinsip perancangan antarmuka pengguna adalah Apple. Petunjuk perancangan antarmuka pengguna Apple ditujukan untuk siapa saja yang ingin membuat aplikasi untuk Mac OS X. Walau begitu, pada prinsipnya, petunjuk ini bisa juga dipakai untuk membuat aplikasi dalam lingkungan apa pun. Tidak diragukan lagi, Apple membuat aplikasi yang, selain tampilan yang cantik, menu yang intuitif, sekaligus juga usable dan fungsionalitas.
Antarmuka pengguna, menurut saya, sangat penting sekali. Walaupun sebuah software itu canggih dan sangat berguna sekali, tapi apabila ‘dibungkus’ dengan antarmuka pengguna yang buruk (menu yang rumit, warna yang terlalu mencolok mata, penyusunan logika menu yang payah, dsb.) bisa jadi membuat ‘nilai jual’ software itu menjadi turun.
Prinsip antarmuka pengguna juga bisa diterapkan pada situs-situs web. Situs favorit saya untuk antarmuka pengguna yang tidak (100%) usable adalah DetikCom. Harus saya akui, DetikCom bisa jadi salah satu situs berita yang paling banyak dikunjungi dan dijadikan acuan sebagai berita-berita yang terupdate dengan cepat. Tampilan situs ini, sejak saya mulai mengunjunginya di tahun 1998, tidak pernah berubah. Yang berubah -dan yang membuatnya makin parah- adalah iklan-iklan yang nampak dijejal seperti sendal jepit saya yang butut dan saya paksakan untuk saya masukkan kaki saya yang besar. Iklan-iklan yang ada di situ pun kadang tidak sesuai dengan isi berita.
Google yang memiliki layanan email gratis Gmail, cukup pintar dalam menaruh iklannya. Apabila kita sedang membaca sebuah email, kita perhatikan iklan yang ada di layar, kebanyakan isinya sesuai dengan apa yang kita baca. Inilah yang saya maksud pelanggaran prinsip usable di contoh kasus DetikCom.
Lalu, Anda mungkin akan bertanya, kenapa saya -dan juga kebanyakan orang lain- tetap mengunjungi situs ini? Dan, kenapa juga DetikCom nampaknya masih berusaha play safe dengan tetap mempertahankan tampilan situs yang sudah berjalan lebih dari 9 tahun ini?
Hipotesa saya untuk kasus DetikCom adalah karena ini adalah satu-satunya situs (paling tidak untuk saat ini) yang bisa menyajikan berita dengan gratis, cepat dan dalam bahasa Indonesia. Saya yakin, apabila ada situs lain yang sama gratis, cepat terupdate dan dalam bahasa Indonesia dan ditambah dengan teknologi AJAX yang memungkinkan pemuatan konten secara dinamis dalam satu halaman dan tanpa dijejali iklan, DetikCom akan ditinggalkan.
Mari menyimpang sedikit dari topik pembahasan.
Jangan salah, saya sendiri lebih suka mencari cara untuk tetap membaca DetikCom, namun dengan menanggalkan pakaian iklannya yang nampak seperti orang kedinginan di kutub Utara. Dahulu pernah ada usaha untuk membuat sebuat sebuah script yang membuat DetikCom menjadi usable. Script ini ditulis dalam PHP dan tersedia secara bebas. Namun demikian DetikCom mengetahui hal ini, dan menuntut agar si pembuat tidak menyebarkannya lagi. Saya tentunya tidak akan berbagi info lebih lanjut mengenai hal ini. Tapi,bila Anda tertarik silahkan saja Google sendiri ;)
Paling tidak, dalam kasus DetikCom ini kita bisa mengambil pelajaran bahwa antarmuka pengguna itu penting sekali.
Label: IMK1
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda